Siang hari yang terik, seorang gadis berlari masuk ke dalam sebuah rumah. Wajahnya berseri, entah apa yang Ia bayangkan, tetapi senyum itu sedari tadi terpatri di wajah manisnya. Ia masuk melewati taman kecil berisi pohon-pohon kamboja dengan bunga warna-warni. Tergesa-gesa Ia melepas tas sekolah, hingga menaruhnya di teras lalu membuka sepatu yang sudah basah dan kecokelatan karena Ia berlari menerjang hujan di jalan sepulang sekolah.
Ia membuka pintu rumah dan berteriak memanggil seseorang, "Ibu!". Hening, tidak ada jawaban. Ia berlari ke salah satu kamar di pojok rumah, Ia membuka pintu, "Ibu!". Gelap dan sepi, jelas tidak ada siapa-siapa. Ia terduduk di kursi dengan wajah lesu, kemudian Ia melihat secarik kertas di atas meja, 'maaf, Ann. Hari ini Ibu harus pergi bekerja, restoran sedang sibuk.'. Gadis itu tertunduk dan menangis, tapi kemudian tangisnya berhenti. Ia berjalan dengan lesu ke kamar mandi, membersihkan diri dan bersiap keluar rumah. Meski senyumnya pudar, tapi air matanya tidak menetes lagi.
Ia berjalan dengan kepala tertunduk, tak ingin orang lain melihat matanya yang sedih, satu rumah, dua rumah, hingga belasan rumah telah Ia lewati. Ia berhenti di depan sebuah rumah berpagar hitam dengan taman yang luas. Ia kemudian mendongakkan kepalanya dan kembali tersenyum. Ia hendak masuk ketika terdengar suara keras yang tiba-tiba muncul, sepertinya sebuah barang terjatuh dan pecah di dalam rumah tersebut. Ia tinggal selangkah lagi menggapai pagar tersebut, terdengar teriakan dan amarah. Gadis itu mundur dan kembali berjalan sambil menundukkan kepalanya.
Satu langkah, dua langkah, hinga berpuluh-puluh langkah. Ia tidak menyadari kakinya yang terluka karena berjalan jauh, yang Ia tahu bahwa Ia sendiri dan tidak ada yang peduli. Ia terperosok karena sebuah tangkai yang jatuh ke tanah. Ia mengaduh perih karena dengkulnya terluka. Ia mulai terisak dan menangis tersedu. Ia tidak menyadari bahwa Ia sudah setengah jalan masuk ke dalam hutan. Sebenarnya hutan itu sering dikunjungi beberapa pendaki tetapi hanya saat hari libur, saat ini hutan tersebut sangat sepi.
Tangisnya berhenti, gadis itu tersadar, Ia telah jalan begitu jauh. Ingin kembali pun rasanya sama saja, sepi. Akhirnya Ia berdiam diri di tepi danau di dalam hutan. Ia tidak takut sendiri, meski terang dengan cahaya bulan ataupun gelap karena tertutup awan. Ia lelah dan terluka. Tiba-tiba ketika awan menutupi cahaya bulan, cahaya kecil terbang mendekati. Cahaya itu berputar mengelilingi hingga berhenti di hadapan gadis itu.
Senyum yang sejak siang hilang, kembali merekah, 'manis' ucap cahaya. Gadis itu tersipu, pipinya merona. Gadis itu menadahkan tangan, cahaya itu turun ke atas telapaknya. Cahaya itu berputar-putar membuat geli tangan gadis itu hingga Ia tertawa. Cahaya itu kemudian kembali melayang dan berkata 'pulanglah'. Gadis itu terdiam, tetapi cahaya itu mulai berisik mengelilinginya lagi, "Baiklah, Aku akan pulang, tapi Aku akan mencarimu lagi esok hari . Sampai jumpa." Ucap gadis itu.
Sang gadis beranjak dan berjalan kembali pulang ke rumah. Cahaya itu melepas kepergian sang gadis dan berkata, 'Selamat Tinggal.'
0 comments